Header Ads

Pernak Pernik Kereta Rel Listrik


Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan yang namanya kereta rel listrik atau yang biasa di singkat KRL. Bahkan ciri-cirinya pun dipastikan kalian sudah pada tahu kan..?

Nah kali ini saya akan memberikan beberapa info seputar KRL yang sudah biasa wara-wiri Jabodetabek.

Sebuah KRL pastinya dapat berjalan jika mendapat pasokan tenaga listirk dari aliran arus listrik yang terdapat pada lintasannya. Baik itu arus listrik dari kabel maupun dari batang besi. Di operator kereta perkotaan Commuter Line Jabodetabek pada umumnya menggunakan sistem kelistrikan 1500 Volt DC yang sudah ada bawaan dari zaman penjajahan Belanda. Sedangkan untuk kereta super cepat bisa memakai sumber AC hingga 25 kV.

Dari sebuah gardu listrik tersebut nanti akan dialirkan listrik melalui sebuah kabel kawat yang membentang diatas rel kereta yang kemudian diterima oleh alat yang bernama pantrografh di atas kereta. Pantografh harus bisa kontak secara kontinyu dengan konduktor sumber tanpa cepat aus disamping pantograf harus aerodinamis karena dipakai di kecepatan yang relatif tinggi terus-menerus. Pantografh yang dinaikkan akan bergesekan dengan kabel kawat kemudian meneruskan arus listrik dari kawat menuju sistem kelistrikan pada motor kereta.

Macam-macam jenis pantografh.


Kiri-kanan : diamond-shaped pantograph, single arm pantograph dan double arm pantograph.

Pada dasarnya setiap kendaraan yang bergerak pastinya memiliki motor. Seluruh KRL yang di gunakan di Jabodetabek menggunakan jenis motor DC. Satu unit KRL ringan sekelas commuter biasanya memiliki daya mesin hingga 120 kW per motor.

Saya kutip dari forum semboyan35.com mengenai keluaran daya per TM (Traksi Motor) dan jumlah TM nya per rangkaian.

Eks KRL Jepang :

  1. Tokyu 8500: 130 kW x 24 TM (8-cars)
  2. Tokyu 8000: 130 kW x 24 TM (8-cars)
  3. Tokyo Metro 5000: 100 kW x 24 TM (8-cars)
  4. Toyo Rapid 1000: 100 kW x 24 TM (8-cars)
  5. Toei 6000: 100 kW x 24 TM (6-cars), 100 kW x 32 TM (8-cars)
  6. JR East 103: 110 kW x 8 TM (4-cars), 110 kW x 16 TM (2 x 4-cars)

KRL non-air conditioner :
  1. Hitachi: 170 kW x 8 TM (4-cars), 170 kW x 16 TM  (2 x4-cars)
  2. Holec: ? kW x 8 TM (4-cars), ? kW x 16 TM (2 x4-cars)
  3. Rheostatik: 110 kW x 4 TM (4-cars), 110 kW x 8 TM (2 x 4-cars, 6-cars)

Untuk perhitungannya :
130 kW x 24 TM = 3120 kW = 3,120 mW.
Jika semua TM nyala terus selama 1 Jam, akan menjadi 3120 kWh.

Maka untuk tagihan konsumsi listriknya (Tarif R-1 untuk rumah sederhana) 3120 KWH x Rp 495,- (diatas 60 kWH) = Rp 1.544.000,- per pemakaian 1 Jam. Sementara jika kena tarif industri akan lebih mahal lagi.

Jika kita bayangkan KRL telah mengonsumsi energi listrik yang sangat besar, namun dengan jumlah daya tampungnya dan waktu tempuh yang kita rasakan masih lebih hemat daripada energi yang dibakar di kendaraan bermotor di Ibukota.
Yap, untuk penutup saya mau share video kecelakaan pantografh akibat tidak pas dengan listrik aliran atas.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.