Header Ads

Beda Sistem Commuter Train, MRT dan LRT

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang berencana membangunan Light Rapid Transit (LRT). Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menargetkan pembangunannya bisa dimulai pada tahun 2018 sebelum pergelaran ASIAN Games dimulai.

LRT sendiri merupakan sistem moda transportasi ringan. Dua kota di negara tetangga, Singapura dan Kuala Lumpur sudah sejak lama memiliki moda transportasi yang satu ini. Land Transport Authority di Singapura menyebutkan saat ini di kota tersebut terdapat tiga rute LRT, sedangkan di Kuala Lumpur ada lima rute.
Kereta commuter yang melayani pengangkutan kota-kota penyangga Jakarta.
Secara kasat mata, LRT tidak jauh berbeda dengan sistem kereta perkotaan lainnya, baik itu kereta rel listrik (KRL) Commuter Line ataupun Mass Rapid Transit (MRT) yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan. Ketiganya sama-sama digerakan oleh aliran listrik dari bagian atas.

Ahok mengatakan jenis rel yang akan digunakan oleh LRT adalah jenis rel yang saat ini digunakan oleh PT KAI dan nantinya juga akan oleh MRT, yakni rel dengan lebar berukuran 1067 milimeter. Meski memiliki banyak kesamaan, ada sejumlah perbedaan antara LRT, MRT, dan KRL. Berikut perbedaan-perbedaan tersebut.

Daya angkut (kapasitas)

Kapasitas LRT jauh lebih kecil dari MRT ataupun Kereta Commuter. LRT merupakan rangkaian kereta yang terdiri dari 2 sampai 6 kereta. Jenis keretanya pun lebih kecil. Dan setiap rangkaian kereta kira-kira hanya bisa mengangkut maksimal 200 penumpang.

Untuk LRT jenis teknologi kereta yang digunakan dapat bermacam-macam. Bisa menggunakan teknologi KRL pada umum nya, monorail (rel tunggal, roda karet), AGT (roda karet), Aeromovel maupun kereta gantung.
Trem di Surabaya merupakan bagian dari sistem LRT yang beroperasi di jalan raya.
Sistem LRT perusahaan SBS Transit Singapore yang menggunakan
teknologi Automated Guideway Transit (AGT).
LRT perusahan Rapid KL yang melayani laluan Ampang.
Sedangkan kereta yang akan digunakan oleh MRT dan kereta commuter adalah rangkaian kereta yang terdiri dari 4 sampai 12 kereta. Dalam sekali perjalanan, satu rangkaian kereta dapat mengangkut kurang lebih 1.900 penumpang.

Dengan mengusung kata "Transit" pada MRT dan LRT maka di harapkan sistem transportasi ini dapat saling berintegrasi (saling terhubung) satu sama lainnya dengan jam tunggu antar kereta 3-5 menit, dan hal ini seharusnya diterapkan pula oleh BRT (Bus Rapid Transit) TransJakarta.

Lintasan

Akan ada 7 rute LRT yang akan dibangun Pemda DKI Jakarta dan 3 rute yang akan dibangun Pemerintah Pusat. 2 koridor yang akan dibangun Pemda DKI Jakarta terlebih dahulu dan ditargetkan sudah bisa beroperasi paling lambat tahun 2018 adalah Kebayoran Lama-Kelapa Gading dan Kelapa Gading-Kemayoran-Pesing-Bandara Soekarno-Hatta. Sedangkan yang dibangun  pemerintah pusat adalah Bogor-Cibubur-Cawang-Dukuh Atas, Bekasi-Cawang, Dukuh Atas-Grogol-Bandara Soekarno-Hatta

Semua perlintasan LRT di Jakarta akan dibangun dengan jalur layang (elevated). Ini berbeda dengan perlintasan MRT yang dibangun dalam dua jenis, yakni layang dan bawah tanah (underground).

Proyek pembangunan tahap satu MRT di Jakarta akan menyelesaikan rute Lebak Bulus-Sisingamangaraja-Bundaran HI. Rute ini juga ditargetkan bisa beroperasi paling lambat pada tahun 2018.
Lintasan sistem MRT dari perusahaan Tokyo Metro (Tozai Line)
yang menggunakan jalur layang.
Perlintasan Lebak Bulus-Sisingamangaraja merupakan jalur layang, sedangkan Sisingamangaraja-Bundaran HI merupakan jalur bawah tanah.

Jalur layang maupun jalur bawah tanah merupakan jalur rel yang tidak akan bersinggungan dengan jalan raya (perlintasan sebidang). Karena jenis lintasan berpengaruh besar terhadap jarak kedatangan antarrangkaian kereta di stasiun dan dengan tidak adanya perlintasan sebidang akan membuat kedatangan rangkaian kereta bisa dilakukan sesering mungkin.

Faktor inilah yang sejauh ini tidak bisa dilakukan dalam layanan kereta commuter karena hampir semua rute kereta commuter merupakan jalur di atas tanah, akibatnya banyak perlitasan sebidang dan masih bercampur dengan jalur kereta antar kota.

Satu-satunya jalur kereta commuter yang tidak memiliki perlintasan sebidang adalah jalur yang menghubungkan Manggarai-Jakarta Kota. Karena jalur ini merupakan jalur layang.
Beda Sistem Commuter Train, MRT dan LRT

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.